KhutbahJumat ini mengingatkan kita semua bahwa cakupan ibadah di dunia ini sangatlah luas. Berbagai amal atau aktivitas kita di dunia bisa bernilai ibadah, jika diniatkan dengan baik. Sehingga perlu ditata lagi niat kita agar semua aspek aktivitas dalam kehidupan sehari-hari bisa menjadi sebuah ibadah atau bernilai ibadah.
Bacajuga: Khutbah Jum'at: Bahagianya Berbaik Sangka dan Rasa Optimis. Secara umum kondisi ekonomi umat Islam di dunia, berada di bawah negara-negara barat. Ada sebagian orang memandang bahwa tasawuflah yang menjadikan sebab kemunduran itu, terutama yang berkaitan dengan motivasi kerja. Jamaah shalat Jumat rahimakumullah,
Sesungguhnyayang berputus asa dari rahmat Allah, hanyalah orang-orang kafir." (QS Yusuf: 87) Dengan demikian, ada beberapa pelajaran yang perlu kita petik dari khutbah kali ini: Pertama, semua orang akan dipenuhi rasa jika tidak sedang bahagia, maka dia sedang berduka.
Vay Tiền Nhanh Chỉ Cần Cmnd. Materi khutbah singkat di bawah ini membeberkan suatu contoh akhlak luhur sahabat Nabi, ketika dihadapkan dengan harta duniawi. Abu Dzar al-Ghifari, sahabat berperangai mulia itu, menunjukkan kepada kita semua bahwa tidak larut dengan gemerlap kekayaan adalah sesuatu yang sangat mungkin. Salah satunya dengan tidak hanya berpikir untuk diri sendiri, melainkan juga peduli kepada kebutuhan orang lain. Teks khutbah Jumat berikut ini berjudul "Khutbah Jumat Teladan Kezuhudan Abu Dzar al-Ghifari". Untuk mencetak naskah khutbah Jumat ini, silakan klik ikon print berwarna merah di atas atau bawah artikel ini pada tampilan dekstop. Semoga bermanfaat! Redaksi اَلْحَمْدُ لِلّٰهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُوْلَهُ بِالْهُدَى وَدِيْنِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّيْنِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. أَشْهَدُ أَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى خَاتَمِ اْلأَنْبِيَآءِ وَالْمُرْسَلِيْنَ مُحَمَّدٍ وَّعَلى اٰلِهِ وَصَحْبِهِ أَجْمَعِيْنَ. أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ اِتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلاَ تَمُوْتُنَّ اِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Di awal khutbah ini, mari kita tingkatkan ketakwaan terhadap Allah dengan sebenar-benarnya, yaitu dengan berupaya secara optimal menjalankan segala perintah dan menjauhi segala larangan-Nya. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Di antara wujud ketakwaan terhadap Allah adalah sikap zuhud. Zuhud secara substansial dapat diartikan sebagai keadaan jiwa yang tidak didominasi oleh hal-hal yang bersifat duniawi. Adapun indikator utamanya adalah وُجُودُ الرَّاحَةِ فِي الْخُرُوجِ عَنِ الْمِلْكِ “Tetap merasa nyaman dan tidak merasa kehilangan saat harta dunia keluar dari kepemilikan kita.” Demikan menurut Syekh Abdullah bin al-Khafif 276-371 H, sufi Ahlussunnah wal Jamaah asal kota Shiraz Persia, atau Iran sekarang. Abul Qasim al-Qusyairi, ar-Risâlatul Quraisyiyyah, juz I, halaman 55. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Di antara sahabat Nabi Muhammad saw yang terkenal kezuhudannya adalah Abu Dzar Al-Ghifari ra wafat 32 H, orang keempat atau kelima yang memeluk Islam langsung di hadapan Nabi Muhammad saw. Saking zuhudnya, Abu Dzar menganggap bahwa orang tidak boleh menyimpan biaya hidup yang melebihi kebutuhannya dalam sehari semalam. Karenanya, sahabat Nabi saw yang lain, yaitu Mu’awiyah ra menguji konsistensi sikap kezuhudan sahabatnya itu. Sayyidina Mu’awwiyah ra mengutus orang untuk memberinya uang dinar, kurang lebih sama dengan 3,5 miliar rupiah. Utusan itupun pergi membawa uang itu mendatangi Abu Dzar. Setelah sampai di sana, ia mengutarakan maksudnya “Mu’awiyah mengirimkan uang ini untukmu.” Mendapati tamunya memberikan uang yang sangat banyak, Abu Dzar segera menerimanya. Namun setelah si tamu berpamitan, Ia segera membagikan uang itu kepada orang-orang yang membutuhkan dan tidak menyisakan sedikit pun untuk diri dan keluarganya. Tak terduga, di waktu kemudian atas perintah Muawiyah utusan itu kembali lagi kepadanya dan menyatakan bahwa ia telah salah orang. “Sungguh aku telah salah memberikan uang dinar itu kepadamu, sebenarnya aku diutus untuk memberikannya kepada orang yang lain, aku takut Mu’awiyah nanti akan menghukumku,” kata utusan itu penuh kekhawatiran. “Bagaimana kamu itu, demi Allah uang itu tidak sampai menginap di sini sedikit pun langsung ku bagikan kepada orang yang membutuhkan pada hari itu juga; tapi tenang, sabarlah dan tunggu nanti akan aku ganti,” jawab Abu Dzar dengan tenang. Muhammad bin Abdillah al-Jardani ad-Dimyathi, al-Jawâhir al-Lu’lu’iyyah fî Syarhil Arba’înan Nawawiyyah, [Mansurah, Maktabah al-Îman], halaman 157. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Teladan kezuhudan Abu Dzar al-Ghifari ini selaras dengan kalam hikmah yang sangat populer حُبُّ الدُّنْيَا رَأْسُ كُلِّ خَطِيئَةٍ Artinya, “Cinta dunia adalah pokok setiap kesalahan” Riwayat Ibnu Abid Dunya dan al-Baihaqi. Hadirin jamaah Jumat rahimakumullah, Tentu kita cukup sulit untuk meniru secara persis kezuhudan Sayyidina Abu Dzar al-Ghifari. Namun, secara substansial kezuhudan Abu Dzar ra dalam hal menjaga diri dari terkuasai oleh harta duniawi dapat kita teladani. Begitu pula keteladanannya untuk ringan berbagi rezeki kepada orang-orang yang lebih membutuhkan. Dengan meneladaninya semoga kita tercatat sebagai orang yang telah berupaya meningkatkan ketakwaan dengan sebenar-benarnya. Amin ya rabbal alamin. بِسْمِ اللهِ الرَّحْمنِ الرَّحِيمِ. وَالْعَصْرِ ١ إِنَّ الْإِنْسَانَ لَفِي خُسْرٍ ٢ إِلَّا الَّذِينَ آمَنُوا وَعَمِلُوا الصَّالِحَاتِ وَتَوَاصَوْا بِالْحَقِّ وَتَوَاصَوْا بِالصَّبْرِ ٣. بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ بِاْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ. أَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأَسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ، إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم Khutbah II اَلحمْدُ لِلّٰهِ حَمْدًا كَمَا أَمَرَ. أَشْهدُ أَنْ لَآ إِلٰهَ إِلَّا اللهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيكَ لَهُ، إِرْغامًا لِمَنْ جَحَدَ بِهِ وَكَفَرَ، وأَشْهَدُ أَنَّ سَيّدَنَا محمَّدًا عَبدُهُ ورسُولُهُ سَيِّدُ الْإِنْسِ والْبَشَرِ. اَللّٰهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا محمَّدٍ واٰلِهِ وَصَحْبِهِ مَا اتَّصَلَتْ عَينٌ بِنَظَرٍ وأُذُنٌ بِخَبَرٍ أَمَّا بَعْدُ فيَآ أَيُّهاالنّاسُ اتَّقُوا اللهَ تَعَاَلى وَذَرُوا الْفَواحِشَ ما ظهَرَ مِنْها وَمَا بَطَنَ، وحافَظُوا عَلَى الطَّاعَةِ وَحُضُورِ الْجُمُعَةِ والْجَماعَةِ . وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيه بِنَفْسِهِ وَثَنَّى بِمَلائكةِ قُدْسِهِ، فَقالَ تَعَالَى ولَمْ يَزَلْ قائِلاً عَلِيمًا إِنَّ اللهَ وَملائكتَهُ يُصَلُّونَ على النَّبِيِّ يَآ أَيّها الَّذِينَ آمَنُوا صَلُّوا عَلَيْهِ وسَلِّمُوا تَسْلِيْمً. اَللَّهمَّ صَلِّ وسَلِّمْ عَلَى سيِّدِنا محمَّدٍ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا محمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى سَيِّدِنا إِبْرَاهِيمَ وَعَلَى آلِ سَيِّدِنَا إِبْرَاهِيمَ في الْعالَمِينَ إِنَّكَ حَمِيدٌ مَجِيدٌ اَللَّهمَّ وَارْضَ عَنِ الْخُلَفَاء الرّاشِدِينَ الَّذينَ قَضَوْا بِالْحَقِّ وَكانُوا بِهِ يَعْدِلُونَ، أَبِي بَكْرٍ وَعُمَرَ و عُثْمانَ وَعَلِيٍّ وَعَنِ السَتَّةِ الْمُتَمِّمِينَ لِلْعَشْرَةِ الْكِرامِ وَعَنْ سائِرِ أَصْحابِ نَبِيِّكَ أَجْمَعينَ، وَعَنِ التَّابِعِينَ وتَابِعِي التَّابِعِينَ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسانٍ إِلَى يَومِ الدِّينِ. اَللَّهُمَّ لَا تَجْعَلْ لِأَحَدٍ مِنْهُمْ فِي عُنُقِنَا ظَلَامَةً، ونَجِّنَا بِحُبِّهِمْ مِنْ أَهْوالِ يَومِ الْقِيامَةِ. اَللَّهمَّ أَعِزَّ الْإِسْلَامَ والمُسْلِمِيْنَ، وأَهْلِكِ الْكَفَرَةَ والمُشْركِينَ، ودَمِّرْ أَعْداءَ الدِّينِ. اَللَّهُمَّ آمِنَّا فِي دُوْرِنَا وَأَصْلِحْ وُلَاةَ أُمُورِنا، وَاجْعَلِ اللَّهُمَّ وِلَايَتَنا فِيمَنْ خافَكَ وَاتَّقَاكَ اللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ والْمُسْلِمَاتِ وَالْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِناتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ والْأَمْواتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا وَاهِبَ الْعَطِيَّاتِ. اَللَّهمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْبَلَاءَ والوَباءَ وَالرِّبَا وَالزِّنَا والزَّلَازِلَ وَالْمِحَنَ وَسُوْءَ الْفِتَنِ مَا ظَهَرَ مِنْها وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا هَذَا خَاصَّةً، وعَنْ سائِرِ بِلَادِ الْمُسْلِمِيْنَ عَامَّةً يا رَبَّ الْعَالَمِينَ. رَبَّنا آتِنا في الدّنيا حَسَنَةً وَفي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ عِبادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِالْعَدْلِ والْإِحْسان وإِيتاءَ ذِي الْقُرْبَى ويَنْهَى عَنِ الْفَحْشاءِ والْمُنْكَرِ وَالْبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. فَاذْكُرُوا اللهَ الْعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوهُ على نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَاسْئَلُوهُ مِنْ فَضْلِهِ يُعْطِكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزَّ وَأَجَلَّ وَأَكْبَرُ فَقَالَ اللهُ تَعَالَى إِنَّ اللهَ وَمَلَائِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يٰأَ يُّها الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى أَلِ سَيِّدَنَا مُحَمَّدٍ اَللّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ، اَلْأَحْياءِ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ. اَللّهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا الْغَلَاءَ وَاْلوَبَاءَ والرِّبَا وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتَنِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا إِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عامَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. اَللَّهُمَّ أَرِنَا الْحَقَّ حَقًّا وَارْزُقْنَا اتِّبَاعَهُ وَأَرِنَا الْبَاطِلَ بَاطِلًا وَارْزُقْنَا اجْتِنَابَهُ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. وَاَلْحَمْدُ لِلّٰهِ رَبِّ الْعٰلَمِيْنَ فَيَا عِبَادَ اللهِ، إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتاءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشاءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْيِ يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ. وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ، وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ، وَلَذِكْرُ اللهِ أَعَزَّ وَأَجَلَّ وَأَكْبَرْ Ahmad Muntaha AM, Founder Aswaja Muda dan Redaktur Keislaman NU Online Baca juga naskah khutbah lainnya Khutbah Jumat Bertuturlah yang Baik atau Diam! Khutbah Jumat Kematian itu Pasti, Bersiaplah! Khutbah Jumat Keutamaan yang Semestinya Kita Lakukan
Khutbah Pertamaإنَّ الـحَمْدَ لِلّهِ نَـحْمَدُهُ وَنَسْتَعِيْنُهُ وَنَسْتَغْفِرُهُ، وَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا وَمِنْ سَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا، مَنْ يَهْدِهِ اللهُ فَلَا مُضِلَّ لَهُ، وَمَنْ يُضْلِلْ فَلَا هَادِيَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَن لاَّ إِلَهَ إِلاَّ الله وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أَنَّ مُـحَمَّداً عَبْدُهُ وَرَسُولُهيَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَلَا تَمُوتُنَّ إِلَّا وَأَنْتُمْ مُسْلِمُونَيَا أَيُّهَا النَّاسُ اتَّقُوا رَبَّكُمُ الَّذِي خَلَقَكُمْ مِنْ نَفْسٍ وَاحِدَةٍ وَخَلَقَ مِنْهَا زَوْجَهَا وَبَثَّ مِنْهُمَا رِجَالًا كَثِيرًا وَنِسَاءً وَاتَّقُوا اللَّهَ الَّذِي تَسَاءَلُونَ بِهِ وَالْأَرْحَامَ إِنَّ اللَّهَ كَانَ عَلَيْكُمْ رَقِيبًايَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَقُولُوا قَوْلًا سَدِيدًايُصْلِحْ لَكُمْ أَعْمَالَكُمْ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَمَنْ يُطِعِ اللَّهَ وَرَسُولَهُ فَقَدْ فَازَ فَوْزًا عَظِيمًااللهم صل و سلم على أَشْرَفِ الأَنْبِيَاءِ وَالـمُرْسَلِينَ وَعَلىَ آلِهِ وَأَصَحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ اِلَى يَومِ الدِّينِ، أَمَّا بَعْدُHadits Tentang Uwais Al QarniJamaah Jumat rahimakumullah,Dalam kitab Shahih Muslim disebutkan, suatu kali sekelompok orang yang merupakan delegasi dari penduduk Kufah, Irak, berkunjung ke Madinah untuk menghadap kepada Umar bin Al-Khathab. Di antara mereka ada seseorang yang biasa mencela Umar berkata, ”Apakah di antara kalian ada yang berasal dari Qaran.” Lalu orang itu menghadap Umar. Kemudian Umar berkata, ”Sesungguhnya Rasulullah ﷺ telah bersabda,إِنَّ رَجُلًا يَأْتِيكُمْ مِنْ الْيَمَنِ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ لَا يَدَعُ بِالْيَمَنِ غَيْرَ أُمٍّ لَهُ قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا اللَّهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوْ الدِّرْهَمِ فَمَنْ لَقِيَهُ مِنْكُمْ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ”Sesungguhnya akan datang kepadamu seorang laki-laki dari Yaman yang biasa dipanggil dengan Uwais. Dia tinggal di Yaman bersama Ibunya. Dahulu pada kulitnya ada penyakit belang berwarna putih. Lalu dia berdoa kepada Allah, dan Allah pun menghilangkan penyakit itu, kecuali tinggal sebesar uang dinar atau dirham saja. Barang siapa di antara kalian yang menemuinya, maka mintalah kepadanya untuk memohonkan ampun kepada Allah untuk kalian.”Dari jalur yang lain disebutkan bahwa Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu berkata,إِنِّي سَمِعْتُ رَسُولَ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَقُولُ إِنَّ خَيْرَ التَّابِعِينَ رَجُلٌ يُقَالُ لَهُ أُوَيْسٌ وَلَهُ وَالِدَةٌ وَكَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَمُرُوهُ فَلْيَسْتَغْفِرْ لَكُمْ” Sebaik-baik tabi’in, adalah seorang laki-laki yang dibiasa dipanggil Uwais, dia memiliki ibu, dan dulu dia memiliki penyakit belang ditubuhnya. Carilah ia, dan mintalah kepadanya agar memohonkan ampun untuk kalian.” [Shahih Muslim No. 4612 – Kitab Keutamaan sahabat]Berita tentang Uwais yang disebutkan dalam hadits tadi telah mengundang rasa penasaran banyak sahabat Nabi ﷺ, terutama Umar bin Al-Khathab radhiyallahu siapakah sebenarnya Uwais tersebut? dia begitu istimewa sehingga Nabi ﷺ sampai meminta kepada Umar radhiyallahu anhu agar mencari dirinya dan bila bertemu agar meminta dia memohonkan ampun dirinya kepada Allah Ta’ Umar dan Uwais Al QarniJamaah Jumat rahimakumullah,Di dalam Shahih Muslim No. 4613 – Kitab Keutamaan sahabat, disebutkan bahwa Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu bila didatangi oleh rombongan orang-orang Yaman, beliau selalu bertanya kepada mereka, ”Apakah di antara kalian ada Uwais bin Amir ? ”Hingga pada suatu hari, Umar bin al- Khaththab bertemu dengan Uwais. Dia bertanya, ”Apakah kamu Uwais bin Amir?” Uwais menjawab, ”Ya.” Umar bertanya lagi,”Kamu berasal dari Murad dan kemudian dari Qaran? Uwais menjawab, ”Ya.”Umar bertanya lagi, ”Apakah kamu pernah terserang penyakit kulit belang vitiligo lalu sembuh kecuali tinggal sebesar mata uang dirham?” Uwais menjawab; Ya.’ Umar bertanya lagi; Apakah ibumu masih hidup?” Uwais menjawab, ”Ya.”Lalu Umar bin Khaththab berkata,”Aku mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,يَأْتِي عَلَيْكُمْ أُوَيْسُ بْنُ عَامِرٍ مَعَ أَمْدَادِ أَهْلِ الْيَمَنِ مِنْ مُرَادٍ ثُمَّ مِنْ قَرَنٍ كَانَ بِهِ بَرَصٌ فَبَرَأَ مِنْهُ إِلَّا مَوْضِعَ دِرْهَمٍ لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ فَإِنْ اسْتَطَعْتَ أَنْ يَسْتَغْفِرَ لَكَ فَافْعَلْ”Uwais bin Amir akan datang kepada kalian bersama rombongan orang-orang Yaman yang berasal dari Murad kemudian dari Qaran. Ia pernah terserang penyakit kulit belang vitiligo lalu sembuh kecuali tinggal sebesar uang masih hidup dan ia selalu berbakti kepadanya. Kalau ia bersumpah atas nama Allah maka Allah benar-benar akan mengabulkannya. Maka jika kamu dapat meminta agar dia memohonkan ampunan untukmu, lakukanlah!”Maka dari itu, mohonkanlah ampunan untukku.” Lalu Uwais pun memohonkan ampunan untuk Umar bin Al-Khaththab. Setelah itu, Umar bertanya kepada Uwais, ”Kamu ingin kemana?” Uwais bin Amir menjawab, ”Kufah.”Umar berkata lagi, ”Apakah aku perlu membuatkan surat untukmu kepada pejabat Kufah?” Uwais bin Amir menjawab,” Saya Iebih senang menjadi orang-orang yang dianggap lemah di kalangan manusia.”Baca juga Khutbah Jum’at Keutamaan Berbakti Kepada Orang TuaSiapa Uwais Al Qarni?Jamaah Jumat rahimakumullah,Uwais bin Amir yang terkenal dalam sejarah dengan sebutan Uwais Al-Qarni adalah manusia istimewa yang sangat dekat dengan penguasa langit dan bumi, sehingga doa dan sumpahnya sangat mustajab. Lantas siapakah sebenarnya dirinya?Bila ditelurusi di dalam kitab-kitab biografi orang-orang pilihan di tiga generasi yang utama dalam Islam, yaitu generasi Sahabat Nabi ﷺ, Tabi’in dan Tab’iut tabi’in, yang ditulis oleh para ahli sejarah Islam, pasti akan didapatkan nama Uwais Al Qarni rahimahullah sebagai salah satu tokoh yang disebut dan diulas identitas dirinya dan al-Qarni adalah teladan bagi orang zuhud yang menghindarkan diri dari dunia, sehingga Allah menjaga mereka dan memberikan kasih sayang dan keridhaan-Nya. Uwais al-Qarni adalah tokoh dari generasi tabi’in di zamannya. Demikian dituturkan Imam adz-Dzahabi. Ia juga dikenal sebagai junjungan dari orang-orang yang dikatakan oleh Allah dalam firman-Nyaوَالسَّابِقُونَ الْأَوَّلُونَ مِنَ الْمُهَاجِرِينَ وَالْأَنْصَارِ وَالَّذِينَ اتَّبَعُوهُمْ بِإِحْسَانٍ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُمْ وَرَضُوا عَنْهُ وَأَعَدَّ لَهُمْ جَنَّاتٍ تَجْرِي تَحْتَهَا الْأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا أَبَدًا ۚ ذَٰلِكَ الْفَوْزُ الْعَظِيمُ”Orang-orang yang terdahulu lagi yang pertama-tama masuk Islam dari golongan muhajirin dan anshar dan orang-orang yang mengikuti mereka dengan baik, Allah ridha kepada mereka dan merekapun ridha kepada Allah dan Allah menyediakan bagi mereka surga-surga yang mengalir sungai-sungai di dalamnya selama-lamanya. Mereka kekal di dalamnya. Itulah kemenangan yang besar.” [At-Taubah 100]Dia adalah Abu Amr bin Amir bin Juz’i bin Malik al-Qarni al-Muradi al-Yamani. Qarn adalah salah satu suku dari salah satu kabilah Arab bernama Murad. Uwais Al-Qarni ini juga termasuk satu dari wali Allah yang bertakwa. Ia dilahirkan saat terjadi peristiwa hijrah Rasulullah ﷺ ke Madinah. Ia mempunyai seorang ibu yang sangat ia Uwais Al QarniJamaah Jumat rahimakumullah,Apa sajakah keistimewaan Uwais bin Amir al Qarni rahimahullah? Bila kita perhatikan riwayat Imam Muslim yang menceritakan sabda Nabi ﷺ tentang Uwais Al Qarni dan dialog antara Umar bin Al-Khathab dengannya, bisa disimpulkan sejumlah kelebihannya. Belum lagi bila digali dari penjelasan para ulama, mungkin akan didapatkan tambahan informasi tentang keistimewaan Uwais Al Qarni antara kelebihan dan keistimewaan Uwais Al Qarni adalahSangat berbakti kepada jelas disebutkan oleh sabda Nabi ﷺ tentang dirinya,لَهُ وَالِدَةٌ هُوَ بِهَا بَرٌّ” Ibunya masih hidup dan ia selalu berbakti kepadanya.”Baca juga Khutbah Jum’at Mengapa Ibu Lebih Utama dari AyahMustajab doanya dan sumpahnyaHal ini sebagaimana sabda Nabi ﷺ tentang dirinya,قَدْ كَانَ بِهِ بَيَاضٌ فَدَعَا اللَّهَ فَأَذْهَبَهُ عَنْهُ إِلاَّ مَوْضِعَ الدِّينَارِ أَوِ الدِّرْهَم“Ia dulunya memiliki penyakit kulit belang vitiligo kemudian ia berdoa kepada Allah kemudian menghilangkan penyakit itu dari dirinya kecuali seukuran dinar atau dirham.” [Hadits riwayat Muslim]Beliau juga bersabda,لَوْ أَقْسَمَ عَلَى اللَّهِ لَأَبَرَّهُ” Kalau ia bersumpah atas nama Allah maka Allah benar-benar akan mengabulkannya..”Zuhud dan rendah hatiHal ini terlihat dari jawaban Uwais Al Qarni saat diberi tawaran oleh Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu sebagai seorang Khalifah untuk memberikan semacam memo atau rekomendasi baginya yang bila diserahkan kepada pejabat gubernur di Kufah niscaya Uwais akan mendapatkan perlakukan khusus oleh sang jadi itu berupa berbagai fasilitas kehidupan yang lebih dari warga biasa atau diberi kedudukan khusus di pemerintahan atau diberi kemudahan untuk berada di lingkungan para pejabat di Kufah. Namun semua itu tidak diharapkan sama sekali oleh Uwais Al-Qarni. Dia tegas menjawab,” Saya Iebih senang menjadi orang-orang yang dianggap lemah di kalangan manusia.”Ini jelas menunjukkan kezuhudannya dan kerendahan hatinya. Dia benar-benar tidak suka dengan gemerlapnya dunia. Sifat zuhud terhadap dunia adalah salah satu sifat paling menonjol dari Uwais Al-Qarni. Ini telah ditegaskan oleh para ulama ahli suka popularitasHal ini jelas terlihat saat beliau memilih tinggal di Kufah usai berjumpa dengan Umar bin al-Khathab radhiyallahu anhu. Dia tidak memilih untuk kembali ke Yaman. Kartu asli tentang kelebihannya telah dibuka di hadapan utusan dari Yaman. Ini pasti akan menyebar luas di lingkungan masyarakat Yaman. Ia lebih suka tinggal di masyarakat yang tidak mengenal jati pun tidak ingin dikenalkan oleh Umar kepada pejabatnya di Kufah. Hal ini menunjukkan dirinya tidak suka diketahui kelebihannya. Dalam Shahih Muslim no. 4613 dikisahkan, setahun setelah tinggal di Kufah, salah seorang tokoh terkemuka di Kufah melaksanakan ibadah haji dan bertemu dengan Umar bin al-Khathab radhiyallahu bertemu dengan Umar radhiyallahu anhu, dia baru tahu bahwa Uwais adalah orang yang punya keistimewaan berdasarkan sabda Rasulullah ﷺ yang disampaikan oleh Umar radhiyallahu anhu kepadanya. Saat pulang ke Kufah di kemudian menyempatkan diri menemui Uwais dan memintanya agar memohonkan ampun kepada Allah untuk awalnya Uwais menolak permohonan tersebut sampai dua kali. Bahkan Uwais yang memintanya untuk memohonkan ampun untuk dirinya karena tokoh Kufah tersebut barusan pulang dari safar yang setelah tokoh tersebut bersikukuh meminta Uwais agar memohonkan ampun kepada Allah untuk dirinya, Uwais langsung bertanya apakah dia bertemu dengan Umar saat di Mekkah, dia menjawab, “ya.” Lantas Uwais memohonkan ampun untuk dirinya karena rahasianya telah dibuka. Ini membuktikan bahwa beliau tidak suka menonjolkan dirinya dan menjauhi قولي هذا و أستغفر الله لي و لكم و لسائر المسلمين و المسلمات من كل ذنب فاستغفروه إنه هو الغفور الرحيمKhutbah Keduaاَلْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِيْ كَانَ بِعِبَادِهِ خَبِيْرًا بَصِيْرًا، تَبَارَكَ الَّذِيْ جَعَلَ فِي السَّمَاءِ بُرُوْجًا وَجَعَلَ فِيْهَا سِرَاجًا وَقَمَرًا مُنِيْرًا. أَشْهَدُ اَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وُرَسُولُهُ الَّذِيْ بَعَثَهُ بِالْحَقِّ بَشِيْرًا وَنَذِيْرًا، وَدَاعِيَا إِلَى الْحَقِّ بِإِذْنِهِ وَسِرَاجًا مُنِيْرًااللهم صل و سلم على هذا النبي الكريم و على آله و أصحابه و من تبعهم بإحسان إلى يوم الدين. أما بعدJamaah Jumat rahimakumullah,Ada banyak hikmah yang terkandung di dalam kisah Uwais bin Amir Al-Qarni ini. Di antaranya adalahHadits tentang Uwais ini menunjukkan salah satu bukti benarnya sabda Nabi ﷺ tentang sesuatu yang akan terjadi di masa datang. Ini merupakan sebuah mukjizat bagi beliau Umar bin Al-Khathab radhiyallahu shahih ini memberikan pelajaran penting kepada kita tentang tawadhu’nya Umar bin Al-Khathab radhiyallahu anhu. Beliau sudah jelas mendapatkan kepastian akan masuk surga berdasarkan berita gembira langsung dari Rasulullah demikian beliau masih terus berusaha keras menjalankan pesan Nabi ﷺ kepadanya untuk mencari Uwais dan meminta dia agar memohonkan ampunan kepada Allah untuk ini menunjukkan keutamaan berbakti kepada kedua orang tua terutama seseorang di sisi Allah Ta’ala tidak berdasarkan penampilan zhahir seseorang namun berdasarkan keadaan amal dan hati ini sebagaimana sebuah hadits shahih riwayat Muslim 2564عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ رَسُولُ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- إِنَّ اللَّهَ لاَ يَنْظُرُ إِلَى صُوَرِكُمْ وَأَمْوَالِكُمْ وَلَكِنْ يَنْظُرُ إِلَى قُلُوبِكُمْ وَأَعْمَالِكُمْDari Abu Hurairah, ia berkata,” Rasulullah ﷺ bersabda, “Sesungguhnya Allah tidak melihat pada penampilan kalian dan harta kalian. Akan tetapi, Allah melihat pada hati dan amalan kalian.”Dalam hadits lain juga diceritakan عن سهل بن سعد الساعدي -رضي الله عنه- قال مَرَّ رجلٌ على النبي -صلى الله عليه وسلم- فقال لرجل عنده جالسٌ ما رأيُك في هَذا؟»، فقال رجل من أَشراف الناس، هذا والله حَرِيٌّ إن خَطب أن يُنْكَحَ، وإن شَفع أن يُشَفَّعَ، فَسكت رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ثم مرَّ رجلٌ آخر، فقال له رسول الله -صلى الله عليه وسلم- ما رأيُك في هذا؟» فقال يا رسول الله، هذا رجلٌ من فقراء المسلمين، هذا حَرِيٌّ إن خَطب أن لا يُنْكَحَ، وإن شَفَعَ أن لا يُشَفَّعَ، وإن قال أن لا يُسمع لقوله، فقال رسول الله -صلى الله عليه وسلم- هذا خَيرٌ من مِلءِ الأرض مثل هذا». [صحيح.] – [رواه البخاري.]Dari Sahal bin Sa’ad As-Sā’idi -raḍiyallāhu anhu-, dia berkata, “Seorang pria pernah melintasi di depan Nabi ﷺ Lalu beliau bertanya kepada seorang yang duduk di dekatnya, “Apa pendapatmu tentang orang ini?”Orang itu menjawab, ”Ia termasuk orang terhormat di antara manusia. Demi Allah, jika ia melamar, maka ia layak untuk dinikahkan. Jika ia memohonkan untuk orang lain, maka ia layak diterima permohonannya .” Lalu Rasulullah ﷺ lewat pria lain, lalu Rasulullah ﷺ bertanya lagi kepada sahabat yang ada di dekatnya, ”Apa pendapatmu tentang orang ini?” Ia menjawab, “Wahai Rasulullah, ini adalah orang fakir di tengah kaum orang ini melamar, ia pantas ditolak. Jika ia memohonkan sesuatu untuk orang lain, maka permohonannya akan ditolak. Jika ia berbicara, maka omongannya tidak akan didengarkan.” Lalu Rasulullah ﷺ bersabda, “Orang ini lebih baik dari orang tadi walau sepenuh bumi.” [Hadis riwayat oleh Al-Bukhari]Kisah ini menjadi bukti tentang keutamaan menyembunyikan kebaikan dan keutamaan serta menjadi orang-orang yang tidak ini sebagaimana hadits Sa’ad bin Abi Waqqash radhiyallahu anhu yang mengatakab bahwa dia mendengar Rasulullah ﷺ bersabda,إِنَّ اللَّهَ يُحِبُّ الْعَبْدَ التَّقِيَّ الْغَنِيَّ الْخَفِيَّ”Sesungguhnya Allah mencintai hamba yang bertakwa, kaya hati dan tersembunyi.” [Hadits riwayat Muslim no. 2965]Imam Abdullah bin Al Mubarak rahimahullah pernah berkata, ”Jadilah orang yang menyukai status khumul’ status tersembunyi dan tidak dikenal dan membenci popularitas. Namun jangan engkau tampakkan bahwa engkau menyukai status rendah itu sehingga menjadi tinggi hati. Sesungguhnya mengklaim diri sendiri sebagai orang zuhud justru mengeluarkan dirimu dari kezuhudan. Karena dengan cara itu, kamu telah menarik pujian dan sanjungan untuk dirimu.”Dianjurkan untuk meminta doa dan permohonan ampun melalui perantaraan orang yang dikenal Allah Subahnahu wa Ta’ala mengaruniakan kepada kita semuanya kesadaran yang kuat untuk mencontoh peri kehidupan orang-orang yang shalih yang hidup di zaman terbaik dalam sejarah Islam, sesuai dengan keadaan dan kemampuan kita PenutupMarilah kita akhiri khutbah jumat tentang Uwais Al Qorni ini dengan berdoa kepada Allah Subhanahu wa Ta’ اللهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِىْ يَاَ يُّهَاالَّذِيْنَ آمَنُوْاصَلُّوْاعَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًااَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا صَلَّيْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌ. وَبَارِكْ عَلَى مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِ مُحَمَّدٍ كَمَا بَارَكْتَ عَلَى إِبْرَاهِيْمَ وَعَلَى آلِ إِبْرَاهِيْمَ، إِنَّكَ حَمِيْدٌ مَجِيْدٌاللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُسْلِمِيْنَ وَالمسْلِمَاتِ وَالمؤْمِنِيْنَ وَالمؤْمِنَاتِ الأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ إِنَّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعْوَةِاللَّهُمَّ أَلِّفْ بَيْنَ قُلُوبِنَا، وَأَصْلِحْ ذَاتَ بَيْنِنَا، وَاهْدِنَا سُبُلَ السَّلَامِ، وَنَجِّنَا مِنَ الظُّلُمَاتِ إِلَى النُّورِ، وَجَنِّبْنَا الْفَوَاحِشَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ، وَبَارِكْ لَنَا فِي أَسْمَاعِنَا، وَأَبْصَارِنَا، وَقُلُوبِنَا، وَأَزْوَاجِنَا، وَذُرِّيَّاتِنَا، وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ أَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيمُ، وَاجْعَلْنَا شَاكِرِينَ لِنِعَمِكَ مُثْنِينَ بِهَا عَلَيْكَ، قَابِلِينَ لَهَا، وَأَتِمِمْهَا عَلَيْنَارَبَّنَا هَبْ لَنَا مِنْ أَزْوَاجِنَا وَذُرِّيَّاتِنَا قُرَّةَ أَعْيُنٍ وَاجْعَلْنَا لِلْمُتَّقِينَ إِمَامًااللَّهُمَّ إنَّا نَسْأَلُكَ الهُدَى ، والتُّقَى ، والعَفَافَ ، والغِنَىرَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي الْآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِوَصَلَّى اللهُ عَلَى نَبِيِّنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ و َمَنْ تَبِعَهُمْ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدّيْنعباد الله إن الله يأمركم بالعدل و الإحسان و إيتاء ذى القربى و ينهى عن الفحشاء و المنكر و البغي يعظكم لعلكم تذكرون فاذكروا الله العظيم يذكركم و اسألوه من فضله يعطكم و لذكر الله أكبرBaca Juga– Contoh Materi Khutbah Jum’at– Hukum Khutbah Jum’at Kajian Fikih– Khutbah Jumat Mencetak Anak Sholeh
khutbah jumat cerita motivasi